[FF EXO] FREELANCE | Dear Lady [2]
Story by : FinderWu
¶ Chapter ♠ AU? ♦ Romance? ♥ Hurt? ♣ T ¶
↓↓
Park Chae-Young/Rose Parker ♠ Oh Sehun/Christopher
Xi Luhan
Other cast
Welcome to my wordpress and happy surfing in here.
Typo everywhere!
Do you ask me? FinderWu14
Find me on FF KOREANINDOSTAR ©WordPress.com
Wattpad Finderhan
POSTER BY Kyoung ©Poster Channel
POSTER BY Kyoung ©Poster Channel
Other
cast
Disclaimer:
Hallo! Cerita ini murni dari
pemikiranku yang tiba-tiba(?) muncul disaat asam lambungku naik(?). tidak ada
unsur copas atau plagiat. Aku mencoba membawakannya dengan gayaku sendiri.
-Happy Reading-
---
I was doing just
fine just before I meet you and that I see the truth
u can fast surfing
Dear Lady 1 | Dear Lady 2 | ...
2017 © FINDER work & all right reserved
⇓⇓⇓
♠♠♠~♠♠♠
“What
you are waiting for?”
Luhan melempar selembar kertas keatas
meja. Sehun meraih kertas itu dan menilisik isinya. Matanya membulat kala
membaca kertas itu. ia melirik kearah Luhan yang menatapnya angkuh dengan
tangan yang ia lipat didepan dadanya. What!
(aku
sarankan untuk mendengarkan lagu Divenire
dari Ludovico Einaudi. Krn aku langsung kebayang aja ceritanya. Singkatnya,
dapet imajinasi.
To link download: Divenire )
~
Rose tersenyum manis. ia
membelai lembut pucuk kepala sepupu perempuannya dan sepupunya yang lain memberengut kesal.
Rose sangat menyayangi kedua sepupunya ini. dan yang paling membuat Rose gemas
untuk menarik hidung mereka berdua, karena mereka kembar. Wajah kedua sepupunya
benar-benar khas Eropa. Usia mereka baru 6 tahun. dan Rose benar-benar tak
sabar menarik hidung mancung sepupunya.
“Rose, bolehkah aku?” ucap sepupu
perempuannya malu-malu. Rose tersenyum lebar dan mengangguk setuju.
“Tentu, Félisié.” Adik sepupu perempuannya
tersenyum setelah Rose mengijinkannya. Rose menoleh pada, Rafés, sepupu
laki-lakinya. “Kau juga bisa menciumku, Rafés.”
Mereka berdua tersenyum senang.
Kesenangan Félisié dan Rafés pada Rose yang mengijinkan saudara kembar ini mencium
pipi bulatnya. Felisié menyukai warna jernih mata Rose –karena terlihat seperti
air laut ditepi pantai Paris yang biasa ia kunjungi bersama Rafés dan ibunya.
Saudara kembar ini langsung mencium pipi Rose dan ini benar-benar menyenangkan
hatinya.
Setelah mencium pipi gadis Asia
ini, keduanya berlari untuk melanjutkan permainan kejar-kejaran sambil tertawa.
Rose menatap kepergian dua kembaran itu. masa kecil mereka –dua kembaran itu
memang membawa suasana sekitarnya ikut senang. Rose menghela nafas. ia bahkan
lupa akan kenangan lalunya dimana ia seumuran dengan dua kembaran itu.
Rose berdiri dari posisi
jongkoknya tadi. Ia berbalik dan masuk kedalam sebuah ruangan disampingnya. ia
tahu itu ruang kerja ayahnya. Rose memperhatikan sekelilingnya. Ruang kerja
ayahnya sangat monokrom. Mungkin disana ia terlihat mencolok karena baju orange
lengan panjang dan short jeans diatas lutut. Rambut pirangnya yang panjang
hanya ia gerai.
Kemudian, Rose terfokus pada biola
putih yang disandarkan pada kusen lebar
jendela. Rose mendekat. Apa iya tidak salah lihat? Biola itu seakan menyatu
dengan background putih ruangan ini.
Ya, biola itu tidak mencolok
tapi telah menjadi bagian dari ruangan ini. Apa karena warna biola itu putih?
Selama ia berkunjung keruangan kerja Papa-nya, ia melewati biola ini. Kenapa?
Padahal lamanya biola ini berada disini. Pertanyaan itu bergilir dikepalanya.
Sembari menatap lekat, Rose
sedikit memiringkan kepalanya. Benar. Biola itu tidak mencolok atau difokuskan
ruangan ini. Rose menoleh pada meja kerja Papanya disamping kanan Rose. Ia
mengerutkan kening. Sebuah kejutan lama.
Lalu ia memperhatikan posisi
biola putih dan meja kerja Papanya. ‘Posisi
mereka berhadapan’. Lagi, Rose memperhatikan sisi meja kerja Papanya dan
sisi dimana biola putih itu. ‘Warna
keduannya bertolak belakang. Tapi mereka berhadapan langsung…seperti…terfokus
satu sama lain?’
“Rose” gadis ini terlonjak kaget.
Ia berbalik dan melihat Jisoo berdiri dibibir pintu putih ruangan. Kenapa
temannya ini selalu hobi mengagetkannya. Pikiran Rose tentang benda-benda
diruangan ini buyar sudah. Dan Rose mendengus kesal. Ia baru akan mengatakan
jika…
“Apa yang kau lakukan diruang
kerja Mr.Teustavious?” Jisoo masuk lebih kedalam dan memperhatikan ruangan ini.
“Dia Papa-ku, Jisoo!” Jisoo terkekeh kecil dan melihat raut kesal Rose. Mungkin saat ini rose mengumpat tak
jelas dengan pipinya semakin bulat.
“Baiklah.” Jisoo mengalah. Ia mendengar
Rose mendengus karenanya. Dengan senang hati, Jisoo melemparkan senyum
sumringah khas-nya. “Aku kesini untuk mengajakmu kerumahku. Kau tidak akan
kecewa nantinya” lanjut Jisoo.
“Kenapa kau tidak menelfonku
saja?” Gumam Rose.
Jisoo menarik nafas. “Aku sudah
menghubungimu lebih dari 50 kali dan seharian ini aku ingin menendang bokong
lebar pria sok bossy dan itu
membuatku naik darah dan...” Jisoo menghembuskan nafas berat.
“Wow, pria bokong lebar?” Rose
menautkan alisnya. Kenapa sekarang topiknya tentang pria bokong lebar? Jisoo membelakkan matanya. Ia menyadari lidah
tipisnya hampir membongkar unek-uneknya. Jika saja tadi ia tak berhenti maka
semua kacau sudah.
“Tell me” Ujar Rose dengan nada
memohon.
“Ayo kerumahku. Kau tidak akan
menyesal nantinya”. Jisoo mengalihkan arah pembicaraan takut-takut jika Rose
semakin curiga padanya. Rose hanya tersenyum mengiyakan ajakan Jisoo. Mereka
berdua keluar dari ruangan ini.
… … …
Rose dan Jisoo berada dalam satu mobil
dengan Jisoo yang mengemudi. Dalam perjalanan, mereka tak berhenti mengoceh dan
tertawa. Hei, man! Mereka itu wanita!
Rose adalah wanita ceria yang sengaja tak
menampakkan fokusnya disekolah. Dan Jisoo, teman dekatnya dengan wajah khas
Asia yang sama dengan Rose. Jisoo berwajah cute dan babyface serta iris matanya
hitam kelam begitu dengan rambutnya. Rose sempat iri padanya. apakah terlihat
berbeda wanita berwajah Asia memilik iris coklat terang dan rambut pirang khas
Eropa?
Mungkin Rose mulai akan
mewarnai rambutnya dan men- softlens hitam untuk iris coklatnya. Rose ingin
melakukannya. Setelah ia pikir lagi, itu tidak akan merubah segalanya. Rose
menyadari anugerah Tuhan yang Kuasa ini begitu indah. Papa-nya bahkan sangat
memuji kecantikannya yang berpadu antara Asia dan Eropa.
Rose tersenyum getir kala
mengingatnya.
“Rose!” Rose tersadar dan menoleh
pada Jisoo yang sibuk mengemudi.
“Ya”
“Kau melamun?” seraya memutar
setir kekanan, ia ingin memastikan temannya baik-baik saja.
“Apa? Eum” benarkah tadi ia
melamun? Rose memperhatikan suasana jalanan.
Cuaca Paris malam ini sedang diguyur hujan
lebat. Terlihat banyak orang memakai mantel dan paying berjalan cepat. Rose
memperhatikan orang-orang yang kehujanan berlarian mencari tempat berteduh.
Mereka berhenti dihalte atau sekedar minum kopi dideretan café pinggir jalan.
Jisoo sesekali melirik
Rose. Sepertinya ia tertarik pada café dipinggir jalanan Paris. Jisoo mengulum
senyum sembari mengingat bahwa wanita ini, jarang keluar apartement dan memilih
menghabiskan makan malam cepat sajinya –karena Rose hanya akan keluar saat
sekolah dan ia akan mampir sekedar duduk diarea Eiffel Tower sendirian.
Entah kenapa temannya ini
tidak bosan 18 tahun melihat menara baja tinggi yang kalian harus mendongak
keatas dan itu membuat tengkukmu nyeri. Dan kini, Jisoo mengerti. Tepatnya
memahami keadaan Rose.
BUUUM…
BRUAAAK…
“Kyaaa…”
Kedua gadis ini berteriak
histeris saat sesuatu meledak hebat tak kurang dari radius 5 meter dari mobil
mereka. Klakson terdengar dimana-mana. Jisoo tak sempat menginjak pedal rem dan
mobil tak terkendali hingga benturan
kencang tak terelakkan. beberapa mobil bernasip sama dengannya. Entah apa yang
barusan terjadi, mereka hanya melihat sebuah cahaya merah kekuningan menyembur
besar disertai suara ledakkan.
Sebuah kecelakaan beruntun!
(dilain tempat)
BUUUM…
BRUAAAK…
Pria itu mendengarnya. Dan ia
juga menyaksikan kejadian tragis itu dari atas gedungnya. Ia menyeringai
kemenangan. Pengawal berseragam hitam terlihat berdiri dibelakangnya. Saat
kecelakaan sedang benar-benar terjadi, semuanya meringis tertahankan. Tak sanggup melihat lagi dan menutup mata
seraya berdoa untuk korban. Mereka tak bukannya diam saja ketika kejadian itu
terjadi, tapi apa yang bisa mereka perbuat untuk mencegah itu terjadi? Mereka
hanya pengawal yang digaji juga dengan hutang nyawa pada boss mereka.. Dan pria
ini, bersorak riang dalam hatinya. Semoga saja.
Dari
bawah sana, banyak orang dan polisi berdatangan. Seringaian puas pria ini
memudar. Ia tak suka polisi. Baginya, polisi hanyalah budak pemerintah yang
semata-mata memakan uang denda para pelanggar lalu lintas. Persetan atas mereka!
Ponsel
disaku celana pria ini berdering. Ia meraihnya dan mulai berbicara ditelfon.
Dan fokus pria ini masih betah pada obyek berantakan dibawahnya.
“Hallo,
Bos. Rencana berhasil dan…bersih” ucap
seseorang diseberang sana. Berhasil? Bersih?
“Good job” pria ini menjawab
singkat dan sedikit menyeluarkan smirks-nya.
“Aku
sudah mendapatkan target, Boss. Kini ia bersamaku. Sudah kukirim salam pada
musuh, mungkin kita akan mendapat tamu besok?”
suasana dibawah sana sungguh
ramai. Hujan masih ingin membasahi kota Paris tanpa jeda. Pria itu melirik
Eiffel tower yang terlihat jauh dari tempat kejadian. Hening sejenak. Mungkin
tenggorokan pria kering atau ia menahan sesuatu dalam dirinya. Tatapannya
sungguh licik. Ia tak bisa dipercaya siapapun dan pria ini tak percaya
siapapun. Lampu malam sekitar Eiffel tower menyala seakan tidak mengetahui
kejutan lain.
“Percepat gerakan. Jangan sampai
mencolok”
“Baik,
boss”
pria ini memutuskan sambungan
telefon. Ia beralih lagi pada kejutan dibawah. Darah berceceran didepan
gedungnya. Budak pemerintah sialan itu–banyak polisi berkeliaran disana dan
pemadam kebakaran juga turut disana. Ia berpikir bahwa ini akan menjadi kecelakaan
biasa. ia salah, tak hanya targetnya yang menjadi korban, tapi para pembalap
liar ikut terlibat. Seharusnya budak pemerintah itu, polisi, berterimakasih
padanya karena pria inilah membantu tugas pengejaran mereka terhadap para
pembalap liar ingusan.
@@@
Note:
What!
Why! Eduhhh…nulis ini bikin perut penulis bergejolak minta diisi. Tapi, kok
melenceng laginya nih jalan cerita ff-kuh? Baru chap 2 udah pusing dan makin
pening. Many typo! Many unexpected! Worse! Tangan masih gemeteran! *author
pingsan* *bugh bugh* failed . entahlah.
Thanks for your attention!
Komentar
Posting Komentar